27. Penunggu

Entah mengapa aku seringkali menjadi seorang yang tidak mempunyai kepentingan. Waktuku terbuang hanya untuk menunggu hal-hal yang tidak pasti, menunggu momen. Jangan-jangan aku hanya sebagai penunggu? Entahlah, aku hanya tidak berbuat apapun dan apa yang aku katakan tidak berpengaruh terhadap apapun. Aku hanya berharap sesuatu datang dan pergi bila aku sudah tak mau.

Aku hanya penunggu, pikiranku meluap-luap di waktu yang singkat, dan bodohnya aku seringkali membuat keputusan di waktu-waktu itu. Seringkali aku menulis diwaktu-waktu itu, hingga aku lupa dengan apa yang seharusnya aku lakukan. Aku terlalu malas mengoreksi diri sendiri, aku membiarkan apa yang salah tetap berlanjut dan segera pergi.

Jangan-jangan aku hanya penunggu, jangan-jangan apa yang aku lakukan selama ini hanya menunggu.

Sejenuh-jenuhnya menunggu, akan selalu terasa manis bila memang apa yang kita tunggu adalah hal yang memang akan menjadi milik kita. Sesenang-senangnya kita menjalani hal yang kita igninkan saat ini, akan terasa pahit juga bila akhirnya tidak ditakdirkan untuk hal itu.

Aku ingin segera menyadari apakah apa yang aku tunggu dan perjuangkan memang benar-benar hak yang akan aku miliki nanti? Atau aku hanya menghabiskan waktu dan energiku di satu titik yang sama tanpa mendapatkan apa yang seharusnya aku dapatkan?

Apakah kita tidak boleh menyerah untuk hal yang memang bukan ditakdirkan untuk kita miliki?

Kata orang "lelah boleh, tapi jangan menyerah" lantas apakah yang terjadi bila kita terlanjur berjuang namun hanya berakhir dengan kesia-siaan? Kecewa dan banyak yang terbuang untuk melewati itu semua.
Lalu bagaimana cara agar kita tau apakah itu hanya akan berakhir dengan kesia-siaan?

Hanya Tuhan yang tau, dan Dia sudah memberikan petunjuk khusus untuk itu.

Hanya bagaimana kita mau menerima dan berpikir sedikit lebih dalam, melihat diri sendiri dan meluruskan perjuangan yang sedang kita lalui saat ini.


sedikit nggak jelas karena banyak pikiran.
siapa juga yang peduli
ok

sekian

Komentar