31. Surabaya

Surabaya,
Entah kenapa bila mendengarnya selalu teringat dengan warna kuning dan jingga. Dimana senja terlihat indah, selalu senja. Bila mendengarnya teringat bangunan-bangunan lama yang ditinggalkan.

Selalu senja.

Ada yang membuatku jatuh cinta dengan Surabaya, bukan karena megahnya gedung-gedung tinggi di kanan kiri jalan. Bukan karena taman-tamannya yang rimbun dan ramai di akhir pekan. Bukan karena orang-orang yang selalu tampil trendi dan pengikut perkembangan zaman. Bukan karena  kebisingannya.

Tapi karena senja disini selalu indah.
Selalu senja.

Semua hal yang ditinggalkan, aku selalu menyukainya. Aku suka gang-gang sempit di Keramat Gantung. Aku suka tanggul tua yang memiliki senja yang indah walaupun tak pernah di indahkan. Aku suka pertokoan tutup di sepanjang jalan Tunjungan. Aku suka Taman Hiburan Remaja dengan segala sudut sepinya. Aku suka suatu tempat di belakang Hi-Tech Mall yang bersahaja, walaupun terlihat kesepian di sore hari. Aku suka masjid disana yang sederhana namun ramai dengan anak-anak yang berebut mencium tangan seorang ibu seusai sholat. Aku suka Kebun Binatang Surabaya dengan binatangnya yang semakin hilang, dan kurus.

Walaupun beberapa tempat itu hanya sekali saja aku kunjungi.

Mereka, tempat-tempat itu tetap tangguh berdiri walaupun sekelilingnya berlari mengejar zaman. Mereka tetap menjadi tempat yang sama di tengah perubahan. Mereka tetap sama walaupun ditinggalkan, seperti menunggu sesuatu.

Mereka tetap sama walaupun ditinggalkan,
dan aku suka itu
senja seakan jadi selamanya.

sekian




Komentar