34. Pendendam

Seperti apa yang aku tulis sebelumnya, yang tidak berjudul.

Aku pendendam, aku diam-diam berharap apa yang aku rasakan akan dirasakan orang lain, orang yang menyakitiku. Aku mengatakan segala hal padanya agar dia merasakan sakit yang aku rasakan, aku mengatakannya dengan tajam. Aku melakukan dengan spontan, tak berfikir sama sekali, aku hanya memikirkan apa yang harus aku lakukan agar dia mengerti dan paham dengan apa yang ada di pikiranku.

Aku benci itu.

Semua orang benci itu, aku ingin membuangnya. Tapi emosi mengendalikanku lebih dari yang aku tau, tak peduli dengan apapun, ego sungguh sangat mengerikan. Ada hal-hal yang tak patut disangkut pautkan, ada hal yang tak harus dibicarakan.

Tapi yang aku pikirkan hanya
"Aku sudah merelakan apapun, aku sudah melukai diriku sendiri. Aku tidak mau menyalahkan diriku sendiri. Aku ingin dihargai,"

Ego sungguh sangat mengerikan.

Kata-kata yang terlontar akan terlihat manis, tapi tajam, beracun. Jangan sekali-sekali mempercayainya, karena ego sangat dekat dengan kemarahan sesaat. Jangan sekali-sekali memasukkannya dalam hati, karena aku pasti menyesal pernah mengatakannya.
Aku ingin mengabaikan apapun.
Tapi sungguh aku tidak bisa lagi menghentikan apa yang sudah aku mulai.

Komentar