38. Untuk Kalian

Beberapa hari aku berkutat dengan diriku sendiri, kehilangan arah. Mencari-cari apa yang harus aku pikirkan terlebih dahulu. Mencari-cari kebenaran tentang segala hal, apa yang harus aku lakukan.

Melihat apa yang sudah aku lewati, semuanya berubah dan aku harus menerimanya. Orang-orang pergi lalu datang lagi, lalu pergi lagi lalu datang lagi. Aku kehilangan makna akan "kehilangan" aku kehilangan makna tentang arti kata "pulang" atau kembali karena kesepian. Seakan ada api yang tiba-tiba menyala di kepala, dan satu-satunya yang bisa aku lakukan hanya berusaha untuk diam dan tidak membakar semua yang aku punya saat ini.

Jadi aku diam, tidak berpamitan.

Agar tidak membuat semuanya menjadi lebih buruk. Apa yang aku pikirkan dulu, bila aku ucapkan, mungkin akan menjadi suatu perpisahan untuk kalian. Semua akan berbeda, aku minta maaf bila apa yang selama ini aku ucapkan hanya berbuah prasangka yang buruk. Aku juga minta maaf bila diamku juga menimbulkan prasangka yang buruk.

Aku sudah berusaha untuk menahan pikiran buruk apapun yang terlintas, pikiran terburuk. Sendirian, bukan karena aku tak ingin berbagi. Aku hanya tidak mau merasa kehilangan lagi.
Entahlah, ada suatu saat tiba-tiba apa yang ada dipikiranku gelap. Tak sempat meminta izin pada diriku sendiri, tak sempat pula memberi celah kecil untuk bicara dengan baik.

Aku belajar untuk diam, agar apa yang aku katakan tidak melukai siapapun lagi.

Aku belajar untuk mengendalikan diriku sendiri, tapi mungkin masih menimbulkan prasangka yang mungkin salah. Aku tau.

Bicaralah, apapun prasangka kalian yang kalian pikirkan pada orang yang tepat. Beranikan diri kalian untuk bicara apapun yang kalian pikirkan, walaupun itu menyakitkan, pada orang yang tepat.

Prasangka buruk datang karena ketidak percayaan.

Apapun yang kalian pikirkan tentang sikapku, aku tidak perlu tau (walaupun aku ingin tau). Tapi, apapun yang kalian ucapkan, apapun yang kalian tanyakan, sikap kalian, kata-kata, diam kalian menanggapi permintaan maafku dan rasa terimakasih yang tulus aku ucapkan. Rasa bersalah yang sekali lagi menyergap dan sekali lagi aku harus menahannya. Adalah cerminan dari diri kalian sendiri terhadapku, aku tidak ingin berprasangka buruk tentang kalian.

Karena aku percaya kalian.

Entah apapun yang akan kalian lakukan, entah itu menghindariku, meninggalkan, berpikiran yang tidak baik (mungkin). Tetap saja aku takut kehilangan, walaupun aku lelah menghadapi rasa takutku sendiri.

Lakukan apa yang kalian inginkan, selama itu baik untuk kalian.

Mungkin dengan itu aku tidak akan takut kehilangan lagi, karena aku percaya apapun yang akan kalian lakukan padaku, atau pada siapapun adalah hal yang baik untuk kalian.

Sincerely,

Ulin

Komentar