41. Kematian dan Kenangan

Aku berterima kasih pada kesedihan yang ada pada diriku, karenanya aku bisa menulis panjang lebar, atau berkarya sepenuh hati. 

Pernahkan kamu terpikir jika kamu mati sekarang, apa yang oranglain akan kenang atas dirimu? Apakah itu kebaikanmu, semangatmu, kebencian mereka atas segala perbuatanmu, rasa kasihan atau mereka tidak mengingatmu sama sekali. Mungkin mereka akan turut berduka cita untuk menghargainya sebagai makhlup hidup yang sudah sepantasnya mati.

Bagaimana, bila dia tidak ada dalam kenangan baikmu sama sekali, bagaimana bila dia pergi dari dunia hanya meninggalkan kebencian dan buruk sangka di pikiran masing-masing orang?

Hari ini, seseorang mengingatkanku bahwa kematian memang hal yang tidak bisa diduga datangnya. Hari ini, seseorang mengingatkanku bagaimana seseorang bisa berubah dengan cepat, bahwa waktu akan berjalan lebih cepat mulai sekarang. Hari ini, seseorang mengingatkanku untuk tetap diam ditengah hiruk pikuk Surabaya (diriku sendiri).

Hari ini aku menyadari, fase ini adalah fase yang baru dalam hidupku, dan aku harus melupakan kesedihan yang ada di masa lalu.

 Aku pikir aku akan melalui hidup dengan caraku sendiri, tidak meninggalkan kesan buruk pada banyak orang. Walaupun tidak mungkin orang lain akan selalu berprasangka baik pada dirimu. Aku sudah pernah mencobanya. Aku pernah meluapkan semua amarahku, aku pernah meluapkan semua rasa sayang yang ada pada diriku. Dan kamu tau.

Hasilnya sama, sama-sama uap yang tidak meninggalkan jejak apapun pada kehidupan seseorang yang terus berputar.

Hanya penyesalan yang tertinggal dalam diriku, mengapa dulu aku terlalu menggebu akan pilihan cara hidupku yang serta merta berubah karena seseorang yang sekarang tidak lain hanya menganggapku sebagai orang asing. Tidak meninggalkan kenangan apapun dalam dirinya, tulisan-tulisankua yang aku tulis dengan seluruh hatiku (yang pada akhirnya tidak terbaca olehnya).

Omong kosong.

Apakah berpikir bahwa kita akan mati dan tidak meninggalkan banyak ingatan pada banyak orang adalah hal yang salah? Apakah berpikir hanya memberikan semuanya hanya pada yang tidak pergi itu salah? Aku pernah keliru dan mengambil jalan yang salah, aku pikir seseorang yang aku pilih dan aku pertahankan akan tetap ada dalam setiap fase dalam hidupku.

Nyatanya, semua orang mempunyai fase-fase yang tidak selalu ada dirimu. Walaupun kita ada di fase terendah dalam hidupnya. Bukan, itu bukan suatu jaminan.

Lalu, apakah kamu menyesal? Apakan kamu akan mengeluh kesepian? Apakah kamu merasa dikhianati? Itu manusiawi, dan menjalani hidupmu dengan selayaknya dan tidak mengharap apapun pada orang lain juga cara salah satu cara hidup yang layak.

Untuk mengabdikan seluruh hidupmu pada Yang Menciptakanmu, sebenarnya adalah cara hidup yang sebenarnya.

Untuk di kenang menjadi hamba yang taat dan ikhlas dalam mengahadapi apapun adalah tujuan hidup yang sebenarnya, sebelum menuju fase hidup setelah kematian. Jadi, untuk apa menyebarkan kebencian pada orang lain? Untuk apa menggebu atas apa yang kamu inginkan bila semua tidak kembali pada niat untuk beribadah kepada-Nya? Untuk apa kamu dikenal banyak orang sebagai orang yang baik namun Sang Maha Mengetahui tau apa isi hatimu yang sebenarya?

Hidup dalam diam mungkun akan sedikit membosankan mulai sekarang, tapi bila niat dan hatimu hanya tertuju pada tujuan sebenarnya hidupmu, segala kerja kerasmu untuk menahan ego dan keinginanmu akan terbayarka suatu hari kelak. Bila tidak didunia, mungkin akan terbayar di akhirat nanti. :)

Komentar