Semua orang yang aku kenal pernah bersembunyi, semua orang bersembunyi, kadang membuatku ingin tau apa yang mereka pikirkan. Kadang membuatku takut, takut untuk marah, takut hal itu adalah yang terakhir kali aku lihat dari dirinya.
Semua orang diam, semua orang senang menyimpan hal yang paling menyenangkan atau hal yang paling menyedihkan untuk dikenang oleh dirinya sendiri. Kata mereka ada hal-hal yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ada keadaan dimana hanya bisa dirasakan olehnya dan orang lain tidak akan pernah mengerti dan menerima.
Beberapa orang mengungkapnya lewat suatu bentuk yang lain, sajak, prosa, lukisan, apapun. Mereka membukanya lebar-lebar. Pikirannya lantang menyuarakan apa yang mereka rasakan, bukan untuk menarik perhatian. Hanya saja tubuhnya sudah terlalu penuh dengan luka, dunia luarnya penuh dengan tipuan, otak dan mulut-mulut orang yang dia kenal sudah tidak bisa lagi dipercaya.
Manusia ini semakin bimbang, hatinya yang dulu selalu dia percaya untuk menenangkan dirinya kini hanya digunakan manusia lain untuk membela kebenaran yang selalu mereka yakini. Walalupun kadang tak benar adanya. Manusia ini marah, lelah, karena beribu pedih yang terpaksa ida lewati sendiri tak kunjung sembuh dan sekarang keadaan sama sekali tidak menguntungkannya.
Semua orang diam, semua orang senang menyimpan hal yang paling menyenangkan atau hal yang paling menyedihkan untuk dikenang oleh dirinya sendiri. Kata mereka ada hal-hal yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ada keadaan dimana hanya bisa dirasakan olehnya dan orang lain tidak akan pernah mengerti dan menerima.
Beberapa orang mengungkapnya lewat suatu bentuk yang lain, sajak, prosa, lukisan, apapun. Mereka membukanya lebar-lebar. Pikirannya lantang menyuarakan apa yang mereka rasakan, bukan untuk menarik perhatian. Hanya saja tubuhnya sudah terlalu penuh dengan luka, dunia luarnya penuh dengan tipuan, otak dan mulut-mulut orang yang dia kenal sudah tidak bisa lagi dipercaya.
Salah siapa? kata mereka.
Manusia ini semakin bimbang, hatinya yang dulu selalu dia percaya untuk menenangkan dirinya kini hanya digunakan manusia lain untuk membela kebenaran yang selalu mereka yakini. Walalupun kadang tak benar adanya. Manusia ini marah, lelah, karena beribu pedih yang terpaksa ida lewati sendiri tak kunjung sembuh dan sekarang keadaan sama sekali tidak menguntungkannya.
Manusia ini pernah meminta pertolongan, pada mereka yang ia kenal.
Tetapi jawaban yang ia dapatkan hanya memperparah keadaanya yang sudah membenci diri sendiri. Ternyata jawaban yang ia dapatkan memperjelas apa yang sebenarnya terjadi diluar kepalanya. Lalu dia menyembuhkan lukanya lagi. Mencari-cari cara agar tetap bisa menatap mata-mata itu tanpa takut akan apa yang terjadi bila sudah tidak lagi bertatap. Mencari-cari pegangan yang bisa membuatnya tetap berjalan walau kakinya penuh luka lebam.
Mencari-cari cara agar dia sudah tak ingin jawaban dari manusia lain.
Mencari-cari cara agar tidak lagi terluka oleh kepercayaannya pada mulut orang lain. Apapun ia lakukan, dulu dia pernah mengungkapkan setiap sentimeter apa yang ia pikirkan. Lalu hal-hal buruk terjadi, ia lelah dan terpuruk. Dijauhi dan tersungkur, sendirian. Harapanya meluap-luap untuk bisa berubah dari apa yang ia rasakan dulu. Tetapi bencana terus-menerus datang, ia tak kuat lagi berkata-kata.
Kini ia diam, melupakan apapun yang membuat ia marah. Meredam apapun yang membuat air matanya tak tertahankan.
Tapi, bila ini tetap salah.
Dia akan mempunyai alasan untuk tetap gelap, dan membenci diam-diam.
Komentar
Posting Komentar