Tahun ini akan segera berakhir, tahun yang teramat berat untuk di jalani. Sekarang, dihari terakhir di tahun ini dengan perasaan lega dan penuh harapan akan terjadinya hal-hal baik di tahun yang akan datang. Menyiapkan hati untuk menghadapi apaun yang akan aku lalui. Tetapp bersyukur dengan apapun yang sudah terjadi entah itu baik ataupun buruk.
Awal tahun:
Dimulai dengan insiden patah hati, walaupun aku sudah merasakannya beberapa bulan terakhir sebelum hari di bulan februari itu. Aku tidak menyangka sama sekali akan seperti itu, bahkan belum genap cerita yang aku sampaikan pada bapak bahwa ada seorang yang aku harapkan menjadikannya teman seumur hidupku. Keberanian yang aku kumpulkan untuk mengeluarkan kalimat demi kalimat hancur dalam semalam. Aku tak bisa melanjutkan ceritaku pada bapak. Aku tak punya kisah lagi.
Semenjak saat itu, aku tidak berkisah pada siapapun lagi. Hari rabu waktu itu aku menangis sendiri, kekanakan sekali. Banyak orang, banyak sekali yang mengatakan itu wajar. Aku pantas merasakannya karena baru pertama kali mengalaminya. "Ya," jawabku. Puaskah kalian? Aku bahkan tidak pernah bertanya apa aku pantas mendapatkannya.
Ditengah aktivitas kuliah yang begitu berat saat itu, dan kejadian-kejadian kehilangan. Aku memutuskan untuk tidak lulus tepat waktu. Begitu saja, tanpa bertanya pada siapapun bahkan pada Tuhan sekalipun. Aku menuruti kesedihanku, aku kalah dengan waktu. Aku terpuruk tapi aku tidak merasakan apapun saat itu.
Bulan Juni:
Tidak seperti biasa, aku tidak menunggu apapun akan terjadi di bulan kesukaan ini. Tanggal 18 terasa lebih sepi dari yang aku pikirkan, walaupun 3 hari sebelumnya aku memutuskan untuk benar-benar mengakhiri semuanya.Tapi aku senang kau mengucapkan selamat padaku hari itu, hal yang akan aku ingat.
Akhir tahun:
Pencarian kebahagiaan, karena aku sudah bosan menikmati kesedihan disepanjang tahun ini. Menemukan secercah kecil cahaya yang menuntunku untuk mendapatkan kebahagiaan yang kekal, lewat seseorang yang bahkan sampai sekarang belum aku percaya sepenuhnya. Tapi aku percaya pada apa yang ia katakan bila itu berasal dari Tuhanku Allah. Aku mulai merubah apa yang terlihat, berusaha untuk meyakini apapun yang aku dapatkan, meyakini bahwa kebenaran hanya ada satu didunia. Dan itu tidak berasal dari manusia atau makhluk ciptaan lainnya.
Hanya saja, bapak dan ibu selalu khawatir dengan itu, aku tidak bisa menjelaskannya kenapa aku berubah. Aku ingin menjadi lebih baik, aku tidak ingin mendekatkan mereka pada neraka. Aku ingin berkumpul lagi nanti kekal dalam surga. Mendengar mereka khawatir dan sedih, hatiku patah lagi. Lebih parah. Hanya saja, keyakinanku bahwa apa yang aku lakukan adalah kebenaran membuatku tetap bertahan walau diri sendiri ingin menyerah dan kembali seperti dulu.
Aku tidak lagi memikirkan patah hati awal tahunku itu, aku mulai mencari hal lain yang lebih penting. Kejadian-kejadian sepanjang tahun ini membuatku tidak mudah percaya dengan penilaian orang lain. Aku melakukan apapun yang aku anggap benar, walaupun itu akan berujung pada kehilangan. Kita semua akan kehilangan bukan? Teman, Orang tua, orang-orang yang kita percaya dari awal, orang-orang yang kita sayangi.
Pada akhirnya kita akan kehilangan dan hilang dari orang lain.
Kemudian, mari kita tutup tahun ini dengan rasa syukur pada hal-hal berat yang sudah kita lalui. Karena hal itu kita sekarang menjadi lebih kuat dari sebelumnya.Klise sekali ya.
Banyak hal-hal buruk yang aku alami, 2017 sungguh kejam.
Awal tahun:
Dimulai dengan insiden patah hati, walaupun aku sudah merasakannya beberapa bulan terakhir sebelum hari di bulan februari itu. Aku tidak menyangka sama sekali akan seperti itu, bahkan belum genap cerita yang aku sampaikan pada bapak bahwa ada seorang yang aku harapkan menjadikannya teman seumur hidupku. Keberanian yang aku kumpulkan untuk mengeluarkan kalimat demi kalimat hancur dalam semalam. Aku tak bisa melanjutkan ceritaku pada bapak. Aku tak punya kisah lagi.
Semenjak saat itu, aku tidak berkisah pada siapapun lagi. Hari rabu waktu itu aku menangis sendiri, kekanakan sekali. Banyak orang, banyak sekali yang mengatakan itu wajar. Aku pantas merasakannya karena baru pertama kali mengalaminya. "Ya," jawabku. Puaskah kalian? Aku bahkan tidak pernah bertanya apa aku pantas mendapatkannya.
Hatiku penuh dendam saat itu.
Ditengah aktivitas kuliah yang begitu berat saat itu, dan kejadian-kejadian kehilangan. Aku memutuskan untuk tidak lulus tepat waktu. Begitu saja, tanpa bertanya pada siapapun bahkan pada Tuhan sekalipun. Aku menuruti kesedihanku, aku kalah dengan waktu. Aku terpuruk tapi aku tidak merasakan apapun saat itu.
Aku memutuskan untuk beristirahat sejenak dari semuanya dan mengalihkan pikiranku pada apapun itu.
Bulan Juni:
Tidak seperti biasa, aku tidak menunggu apapun akan terjadi di bulan kesukaan ini. Tanggal 18 terasa lebih sepi dari yang aku pikirkan, walaupun 3 hari sebelumnya aku memutuskan untuk benar-benar mengakhiri semuanya.
Akhir tahun:
Pencarian kebahagiaan, karena aku sudah bosan menikmati kesedihan disepanjang tahun ini. Menemukan secercah kecil cahaya yang menuntunku untuk mendapatkan kebahagiaan yang kekal, lewat seseorang yang bahkan sampai sekarang belum aku percaya sepenuhnya. Tapi aku percaya pada apa yang ia katakan bila itu berasal dari Tuhanku Allah. Aku mulai merubah apa yang terlihat, berusaha untuk meyakini apapun yang aku dapatkan, meyakini bahwa kebenaran hanya ada satu didunia. Dan itu tidak berasal dari manusia atau makhluk ciptaan lainnya.
Hanya saja, bapak dan ibu selalu khawatir dengan itu, aku tidak bisa menjelaskannya kenapa aku berubah. Aku ingin menjadi lebih baik, aku tidak ingin mendekatkan mereka pada neraka. Aku ingin berkumpul lagi nanti kekal dalam surga. Mendengar mereka khawatir dan sedih, hatiku patah lagi. Lebih parah. Hanya saja, keyakinanku bahwa apa yang aku lakukan adalah kebenaran membuatku tetap bertahan walau diri sendiri ingin menyerah dan kembali seperti dulu.
Semoga aku bisa istiqomah.
Aku tidak lagi memikirkan patah hati awal tahunku itu, aku mulai mencari hal lain yang lebih penting. Kejadian-kejadian sepanjang tahun ini membuatku tidak mudah percaya dengan penilaian orang lain. Aku melakukan apapun yang aku anggap benar, walaupun itu akan berujung pada kehilangan. Kita semua akan kehilangan bukan? Teman, Orang tua, orang-orang yang kita percaya dari awal, orang-orang yang kita sayangi.
Pada akhirnya kita akan kehilangan dan hilang dari orang lain.
Kemudian, mari kita tutup tahun ini dengan rasa syukur pada hal-hal berat yang sudah kita lalui. Karena hal itu kita sekarang menjadi lebih kuat dari sebelumnya.
sampai jumpa
selamat tinggal tahun 2017
Komentar
Posting Komentar