Aku sudah terlanjur jatuh cinta dengan Surabaya, segalanya. Makanan, sungainya, panas teriknya, matahari senjanya, hujan, laut, dan gang-gang sempit itu. Keramaiannya memenuhi kepalaku setiap aku pulang kerumah. Entahlah, aku kehilangan diriku atau malah menemukan diriku disini. Setidaknya disini aku tidak menemui orang-orang yang menyombongkan diri dengan omong kosong, dengan hal-hal yang terlalu biasa untuk ditunjukkan.
Aku jatuh pada jingga di Surabaya dan segala keramaiannya. Aku jatuh cinta dengan gelap malam dan kehidupan kerasnya. Tapi aku ragu aku akan selamat menghadapinya, tapi aku jatuh pada semuanya. Walaupun orang-orang berkata Surabaya tak mudah terkenang seperti Jogjakarta, Malang atau kota-kota sepi lainnya. Bagiku, Surabaya adalah kota yang punya lebih banyak dari kenyamanan, pengalaman, dan tempat-tempat yang menjadi bagian dari cerita besar dalam hidupku.
Surabaya adalah tempat diamana aku sering merindukan rumah, tempat dimana aku sering memikirkan hangatnya masakan ibu dirumah dan lelucon garing bapak. Tempat dengan keramaiannya namun tetap merasa hampa tanpa tawa keponakanku. Tempat dimana aku sering tersesat mencari diri sendiri, tempat dimana aku paling sering menangis dan kehilangan banyak hal. Tempat dimana aku menjadi berani untuk menghadapi luka, tempat dimana aku menemukan orang-orang yang selalu tak pernah bisa aku pahami (yang kadang menyakitkan, tapi aku tak peduli lagi sekarang). They will back when they need me, tapi aku tau aku takkan bisa selamanya berada dalam hidup mereka.
Surabaya menyadarkanku bahwa manusia dan pertemuan tak akan abadi di dunia, seberapa takutpun aku pada perpisahan dan sendirian. Surabaya yang keras akan selalu berjalan, akan selalu hingar bingar, Surabaya tak peduli pada airmata siapapun, tak pernah redup untuk siapapun. Surabaya adalah tempat dimana jutaan mimpi melayang-layang di udara.
Entahlah
Aku jatuh pada jingga di Surabaya dan segala keramaiannya. Aku jatuh cinta dengan gelap malam dan kehidupan kerasnya. Tapi aku ragu aku akan selamat menghadapinya, tapi aku jatuh pada semuanya. Walaupun orang-orang berkata Surabaya tak mudah terkenang seperti Jogjakarta, Malang atau kota-kota sepi lainnya. Bagiku, Surabaya adalah kota yang punya lebih banyak dari kenyamanan, pengalaman, dan tempat-tempat yang menjadi bagian dari cerita besar dalam hidupku.
Surabaya adalah tempat diamana aku sering merindukan rumah, tempat dimana aku sering memikirkan hangatnya masakan ibu dirumah dan lelucon garing bapak. Tempat dengan keramaiannya namun tetap merasa hampa tanpa tawa keponakanku. Tempat dimana aku sering tersesat mencari diri sendiri, tempat dimana aku paling sering menangis dan kehilangan banyak hal. Tempat dimana aku menjadi berani untuk menghadapi luka, tempat dimana aku menemukan orang-orang yang selalu tak pernah bisa aku pahami (yang kadang menyakitkan, tapi aku tak peduli lagi sekarang). They will back when they need me, tapi aku tau aku takkan bisa selamanya berada dalam hidup mereka.
Begitupun mereka dalam hidupku.
Surabaya menyadarkanku bahwa manusia dan pertemuan tak akan abadi di dunia, seberapa takutpun aku pada perpisahan dan sendirian. Surabaya yang keras akan selalu berjalan, akan selalu hingar bingar, Surabaya tak peduli pada airmata siapapun, tak pernah redup untuk siapapun. Surabaya adalah tempat dimana jutaan mimpi melayang-layang di udara.
Komentar
Posting Komentar