55. Tahun Satu


Sebenarnya, ide untuk menulis ini muncul saat aku tak sengaja mendengar lagu yang sering aku putar saat aku masih menjadi mahasiswa baru. Saat mendengarnya, warna dan panas terik seketika terbayangkan dalam kepala. Ketakutanku pada sebuah kota bernama Surabaya, kekagumanku dalam mobil saat melihat gedung-gedung itu. Walaupun saat ini aku masih suka memandanginya, membayakan kehidupan seperti apa yang ada didalamnya. Tapi, saat ini aku lebih suka melihat bangunan tua bercat putih yang mulai menghitam, membayangkan kehidupan seperti apa saat dulu ditinggali.

Tahun pertama adalah semua tentang kehidupan asrama

Tahun pertamaku adalah tahun penuh dengan ketakutan sekaligus keberanian, aku sangat mengharapkan untuk bisa kuliah di Surabaya. Tapi aku tak pernah mengira akan seberat itu. Saat pertama kali aku diantarkan di kamar asrama adalah kali pertama juga aku menangis didepan orang tuaku setelah aku dewasa. Aku lupa apa yang aku pikirkan saat itu, hanya saja usahaku untuk membendungnya sia-sia. Bapak dan ibu waktu itu berusaha menenangkan dan menasehatiku ini dan itu, aku mendengarkan sambil memandang keluar jendela. Setelah beberapa minggu, aku diberitahu bahwa ibuku juga menangis dalam mobil di perjalanan pulang, tak habis pikir aku bagaimana ibu bisa menahannya saat masih bersamaku di kamar itu.

Hari pertama di asrama aku tidak membuka pintu kamarku sama sekali, tak punya kendaraan dan teman membuatku semakin takut dan canggung untuk sekedar membuka pintu. Jadi, aku berusaha menghemat makanan bekal dari rumah, ayam goreng yang mulai mengeras. Hingga aku akhirnya menahan lapar sampai entah kapan (pikirku saat itu), sampai akhirnya seorang teman asrama datang.
Kehidupan mahasiswa baru adalah kehidupan dengan peperangan batin antara rindu rumah dan kegiatan masa orientasi yang membosankan dan menegangkan (pikirku waktu itu). Karena aku tak punya kendaraan, aku berjalan kaki menuju kampus.  Beruntung ada teman senasib yang menemani berjalan di awal-awal semester, panas terik kampus dan jauhnya perjalanan adalah bahasan utama keluhan-keluhan yang kita bicarakan sepanjang jalan, lucu bila di ingat tapi menyedihkan juga. Mengingat motor-motor teman yang lewat mendahului kita berdua dan kita berdua menggerutu kenapa mereka hanya menyapa, kenapa tak sekalian memberi tumpangan. Tapi kita hanya tersenyum, kita sama-sama sadar diri (?) karna tak ada teman dekat selain satu sama lain saat itu. 

Tahun pertama adalah dimana pertemuan pertama dengan semua orang yang aku kenal saat ini terjadi.

Perkenalan-perkenalan itu, nama-nama yang tertukar, wajah-wajah yang terlupakan dan basa-basi basi tentang “darimana kamu berasal?”. Kekagetan betapa susahnya mencari nilai di jurusan, dan kegarangan senior saat masa orientasi. Kostum-kostum memalukan itu, yang dengan percaya diri dikenakan selama orientasi. Senior-senior yang di idolakan, bayangan masa perkuliahan akan menyenangkan dan penuh kegabutan sirna saat itu. Anyway aku sudah melewatinya dan menuliskannya sekarang sambil geli sendiri.

Tahun itu aku sering pulang kerumah, paling lama hanya berselang 2 minggu. Itupun rasanya sudah tumpah ruah perasaan senang saat berada dirumah. Masa-masa banyak sekali acara jurusan yang mana maba harus ikut didalamnya, melelahkan dan menyenagkan. Pertama kali aku begadang diluar rumah, pertama kali aku tidur jam 3 pagi, pertama kali aku tidur dikampus (dan  mungkin beberapa temanku juga merasakan hal yang sama)

Saat itu ide art dan aku mulai mengenal beberapa orang yang sekarang aku kenal sekarang. Kepanitiaan memang kadang membuka jalanku untuk mengenal orang-orang. Sie konsumsi saat 1001 ide adalah kepanitiaan pertamaku seumur hidup (mengingat aku tak aktif organisasi apapun selama aku bersekolah), dan kegagalan pertama juga saat aku masuk dalam kepanitiaan. 

Agar-agar menjamur yang dibuang sembarangan olehku, menimbulkan kemarahan ketua panitia saat evaluasi akhir acara.

Malu, tapi toh tak ada yang tau kalau aku yang meletakkannya di belakang mural (ya setidaknya sampai sekarang).

Tahun pertama adalah tahun tulis tangan. Apa yang aku pikirkan, saat itu aku tulis pada buku-buku random yang sengaja aku jadikan semacam diary yang tidak aku isi secara daily. Saat itu aku sudah membuat wordress (terinspirasi dari teman senasibku itu, yang mempunyai blog dari saat dia SMA) hanya saja, jarang sekali aku mengisinya. Bagaimana aku bisa membuat blog ini akan aku ceritakan di tahun keduaku nanti.

Tulisan-tulisanku ini aku tulis untukku dimasa depan yang ingin mengenang kenang, semoga nanti kau bahagia, lin. Bila ada orang lain selain aku yang membacanya, aku berharap sedikit terhibur… mungkin, atau setidaknya aku bisa membantumu membuang waktu hehe.

Komentar