Sebenarnya, ide untuk menulis ini
muncul saat aku tak sengaja mendengar lagu yang sering aku putar saat aku masih
menjadi mahasiswa baru. Saat mendengarnya, warna dan panas terik seketika
terbayangkan dalam kepala. Ketakutanku pada sebuah kota bernama Surabaya,
kekagumanku dalam mobil saat melihat gedung-gedung itu. Walaupun saat ini aku
masih suka memandanginya, membayakan kehidupan seperti apa yang ada didalamnya.
Tapi, saat ini aku lebih suka melihat bangunan tua bercat putih yang mulai menghitam,
membayangkan kehidupan seperti apa saat dulu ditinggali.
Tahun pertama adalah semua tentang kehidupan asrama
Tahun pertamaku adalah tahun
penuh dengan ketakutan sekaligus keberanian, aku sangat mengharapkan untuk bisa
kuliah di Surabaya. Tapi aku tak pernah mengira akan seberat itu. Saat pertama
kali aku diantarkan di kamar asrama adalah kali pertama juga aku menangis
didepan orang tuaku setelah aku dewasa. Aku lupa apa yang aku pikirkan saat
itu, hanya saja usahaku untuk membendungnya sia-sia. Bapak dan ibu waktu itu
berusaha menenangkan dan menasehatiku ini dan itu, aku mendengarkan sambil
memandang keluar jendela. Setelah beberapa minggu, aku diberitahu bahwa ibuku
juga menangis dalam mobil di perjalanan pulang, tak habis pikir aku bagaimana
ibu bisa menahannya saat masih bersamaku di kamar itu.
Hari pertama di asrama aku tidak
membuka pintu kamarku sama sekali, tak punya kendaraan dan teman membuatku
semakin takut dan canggung untuk sekedar membuka pintu. Jadi, aku berusaha
menghemat makanan bekal dari rumah, ayam goreng yang mulai mengeras. Hingga aku
akhirnya menahan lapar sampai entah kapan (pikirku saat itu), sampai akhirnya
seorang teman asrama datang.
Kehidupan mahasiswa baru adalah
kehidupan dengan peperangan batin antara rindu rumah dan kegiatan masa
orientasi yang membosankan dan menegangkan (pikirku waktu itu). Karena aku tak
punya kendaraan, aku berjalan kaki menuju kampus. Beruntung ada teman senasib yang menemani
berjalan di awal-awal semester, panas terik kampus dan jauhnya perjalanan adalah
bahasan utama keluhan-keluhan yang kita bicarakan sepanjang jalan, lucu bila di
ingat tapi menyedihkan juga. Mengingat motor-motor teman yang lewat mendahului
kita berdua dan kita berdua menggerutu kenapa mereka hanya menyapa, kenapa tak
sekalian memberi tumpangan. Tapi kita hanya tersenyum, kita sama-sama sadar
diri (?) karna tak ada teman dekat selain satu sama lain saat itu.
Tahun pertama adalah dimana pertemuan pertama dengan semua orang yang
aku kenal saat ini terjadi.
Perkenalan-perkenalan itu, nama-nama
yang tertukar, wajah-wajah yang terlupakan dan basa-basi basi tentang “darimana
kamu berasal?”. Kekagetan betapa susahnya mencari nilai di jurusan, dan
kegarangan senior saat masa orientasi. Kostum-kostum memalukan itu, yang dengan
percaya diri dikenakan selama orientasi. Senior-senior yang di idolakan,
bayangan masa perkuliahan akan menyenangkan dan penuh kegabutan sirna saat itu.
Anyway aku sudah melewatinya dan menuliskannya sekarang sambil geli sendiri.
Tahun itu aku sering pulang
kerumah, paling lama hanya berselang 2 minggu. Itupun rasanya sudah tumpah ruah
perasaan senang saat berada dirumah. Masa-masa banyak sekali acara jurusan yang
mana maba harus ikut didalamnya, melelahkan dan menyenagkan. Pertama kali aku
begadang diluar rumah, pertama kali aku tidur jam 3 pagi, pertama kali aku
tidur dikampus (dan mungkin beberapa
temanku juga merasakan hal yang sama)
Saat itu ide art dan aku mulai
mengenal beberapa orang yang sekarang aku kenal sekarang. Kepanitiaan memang
kadang membuka jalanku untuk mengenal orang-orang. Sie konsumsi saat 1001 ide
adalah kepanitiaan pertamaku seumur hidup (mengingat aku tak aktif organisasi
apapun selama aku bersekolah), dan kegagalan pertama juga saat aku masuk dalam
kepanitiaan.
Agar-agar menjamur yang dibuang sembarangan olehku, menimbulkan
kemarahan ketua panitia saat evaluasi akhir acara.
Malu, tapi toh tak ada yang tau kalau aku yang meletakkannya
di belakang mural (ya setidaknya sampai sekarang).
Tahun pertama adalah tahun tulis
tangan. Apa yang aku pikirkan, saat itu aku tulis pada buku-buku random yang
sengaja aku jadikan semacam diary yang tidak aku isi secara daily. Saat itu aku sudah membuat
wordress (terinspirasi dari teman senasibku itu, yang mempunyai blog dari saat
dia SMA) hanya saja, jarang sekali aku mengisinya. Bagaimana aku bisa membuat
blog ini akan aku ceritakan di tahun keduaku nanti.
Tulisan-tulisanku ini aku tulis
untukku dimasa depan yang ingin mengenang kenang, semoga nanti kau bahagia,
lin. Bila ada orang lain selain aku yang membacanya, aku berharap sedikit
terhibur… mungkin, atau setidaknya aku bisa membantumu membuang waktu hehe.
Komentar
Posting Komentar