91.

Pada akhirnya banyak yang bisa disyukuri, ada alasan mengapa di saat bahagiapun aku tak merasa terisi. Ada alasan di saat sedih, kadang aku merasa lega karena tak lagi kosong.

Buat apa bersedih-sedih? Bila akhirnya akan kosong juga, tak terisi. Buat apa bersedih-sedih bila akhirnya tak mendapatkan apa yang di mimpikan? Buat apa bersedih-sedih bila tak punya mimpi?

Bukannya dengan tidak berharap kita tak pernah merasa kecewa? Sudah berkali-kali berkata pada diri sendiri jangan melihat sekeliling, cuma membuat sedih. Tapi lama kelamaan, aku merasa lega bila hanya aku yang merasakan hal seperti ini.

"Aku sudah sering menolak, dit. Bahkan menolak diri sendiri." sombong sekali, sedih sekali.


Jahat sekali.


Akan lebih sering membawa cermin, dan cangkir. Beberapa waktu lalu aku pikir aku tidak akan melewati hal semacam ini lagi, ternyata hanya tertimbun tawa. Syukurlah aku tidak sendiri kali ini.

Sudah kubilang, pada akhirnya banyak yang masih bisa disyukuri.


Komentar