94. Bahagia

 Pada saat aku tau aku bisa bahagia dengan menggambar sesuatu, aku kira aku bisa kembali bahagia kapanpun aku mau. Saat aku merasa senang dengan hasilnya, aku kira aku bisa kembali bahagia dengan hanya memandanginya. Saat aku sudah menemukan cara untuk menerima dan melihat diriku sendiri, mengamati dan mulai menyayangi, aku kira aku bisa terus bahagia.

Aku kira aku bisa selamanya tidak membandingkan diri dengan orang lain, aku kira aku bisa bahagia karena diriku sendiri.

Tapi ternyata disaat paling bahagia melihat gambarku atau saat sedang melakukan hal itu, aku juga merasa sedih. Apakah ini bisa membuat orang lain merasakan apa yang aku rasakan? dan setelah aku lihat lagi, aku merasa hanya gambar kosong, yang berusaha aku penuhi dengan bintang dan awan merah muda. Tidak memberikan apapun, tidak berbicara apapun. Hanya kumpulan garis dan warna tanpa makna, aku berusaha menyembunyikan perasaan buruk yang selama ini aku simpan dan berusaha untuk abaikan. Hingga aku lupa caranya berbicara lewat apa yang aku buat.

Meski begitu, aku mungkin akan terus melakukan apa yang sedang aku lakukan sekarang. Mungkin sampai suatu saat aku bisa bicara lagi, bisa membagi apa yang aku rasakan pada orang-orang walaupun mungkin sebagian besar tidak akan menyadarinya. 

Aku ingin merasakan bahagia itu, tapi entah mengapa aku tidak bisa memulainya lagi untuk beberapa saat. Aku sedih, dan tenggelam didalamnya, aku melihat masa lalu dan ternyata dulu aku 180 derajat berbeda. Dulu aku sering menumpahkan perasaan buruk dan membuat sesuatu, bukan untuk aku bahagia, hanya ingin orang-orang tau aku sedang bersedih dengan cara yang lebih indah daripada kata-kataku disini.

Sekarang, aku ingin bahagia dengan membuat sesuatu. Tapi ternyata dengan begitupun aku tidak bisa kapan saja kembali pada perasaan itu.

Disaat-saat seperti itu, aku mendapati seorang teman yang sedang berusaha untuk berani mengeluarkan pikiran dan perasaannya di spotify, dalam bahasa inggris, dan dengan suara yang sedikit tertahan. Dan aku menangis mendengarnya, mungkin karena aku mendengarkannya diwaktu yang tepat saat aku dipenuhi dengan rasa takut pada banyak hal. Mungkin juga aku juga bahagia melihatnya keluar dan bertumbuh sedikit demi sedikit. Apa yang aku rasakan bercampur satu sama lain.

Mungkin yang aku butuhkan hanya sedikit lebih berani, sedikit lebih teliti, dan sedikit menikmati proses yang aku jalani sekarang. Berusaha mencari kebahagiaanku sendiri, dan tidak menggantukan itu pada apapun dan siapapun. Aku ingin belajar membangun kebahagiaanku sendiri dengan tanganku sendiri, walaupun sedang ada seseorang juga disebelahku, dan bukannya aku tidak bersyukur karena diapun juga begitu baik. 

Hanya saja, aku sedang tidak ingin bersedih. Apa yang harus aku lakukan?
Aku ingin bahagia kapanpun aku mau, bisakah?


Komentar